Latar Belakang Investasi yang Harus Diketahui Calon Investor

Latar Belakang Investasi yang Harus Diketahui Calon Investor

Latar belakang investasi merupakan salah satu hal harus diketahui ketika Anda baru mengetahui dunia saham atau mulai tertarik menjadi investor dalam bidang ini.

Apalagi jika Anda tertarik dalam bidang ini karena kini cukup banyak diperbincangkan oleh berbagai kalangan. Alasan untuk bisa menjadi investor harus kuat agar tindakan tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan finansial.

Apa Latar Belakang Investasi yang Harus Dipahami?

Sebagai orang awam atau calon investor baru, simak beberapa alasan agar Anda harus berinvestasi sesegera mungkin di bawah ini:

  1. Transaksi Saham Cukup Mudah

Di antara instrumen investasi lainnya, saham adalah jenis yang mudah untuk diperjualbelikan. Pada instrumen lain, Anda harus membawa sertifikat atau wujud benda untuk ditransaksikan, atau bahkan memerlukan notaris untuk kepentingan surat perjanjian.

Ketika bertransaksi dengan saham Anda hanya perlu menghubungi broker, atau saat ini bisa menggunakan sistem online. Kemudahannya lebih terasa karena bisa diakses menggunakan perangkat desktop atau smartphone saja.

  1. Bersifat Lebih Transparan dan Likuid

Maksud dari transparan adalah Anda dapat melihat secara jelas berapa harga penawaran dan permintaannya. Selain itu juga bisa mengetahui berapa jumlah penawaran dan permintaan dari lot.

Latar belakang investasi ini juga semakin kuat karena adanya aturan dari Bapepam (Badan Pengawas Pasar Modal).

Di mana pada aturan tentang keterbukaan informasi, dijelaskan bahwa perusahaan terbuka yang ada listing di bursa harus mengunggah laporan keuangan mereka. Dengan demikian, para investor bisa menganalisa sendiri kondisi dan prospek dari perusahaan.

Sedangkan maksud likuid pada latar belakang investasi di poin kedua ini adalah mudah dan cepatnya saham tersebut untuk dicairkan atau dijual. Hal ini tentu membantu ketika Anda membutuhkan uang dalam waktu cepat.

  1. Bisa Dilakukan di  Mana Saja

Latar belakang investasi saham selanjutnya ini sangat cocok bagi orang-orang sibuk dengan mobilitas tinggi, karena lebih praktis.

Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, sebagai investor Anda tidak harus datang langsung melakukan transaksi saham ke bursa. Transaksi online ataupun offline bisa dilakukan di mana saja sambil mengerjakan aktivitas rutin Anda.

  1. Dijamin Pemerintah dan Dana Investor Menerima Perlindungan

Karena adanya jaminan dari pemerintah, berinvestasi pada saham cenderung lebih aman. Sehingga pada latar belakang investasi ini cocok bagi Anda yang khawatir dengan keamanan, karena dana disetor kepada broker atau sekuritas.

Jika nanti ada hal tidak diinginkan terjadi, penyelesaiannya akan lebih mudah karena sebagai investor Anda menerima perlindungan resmi dari pemerintah.

Bahkan peraturan pemerintah tentang pemisahan RDI (Rekening Dana Investor) dengan rekening sekuritas juga sudah diberlakukan. Di mana semua investor ada di rekeningnya sendiri, bukan dalam rekening sekuritas.

RDI tujuannya adalah sebagai penyimpanan dana investor yang tidak digunakan untuk membeli saham. Karena pemisahan tersebut, kemungkinan adanya penyelewengan dana Anda semakin kecil.

  1. Tidak Rumitnya Administrasi dan Pajak

Terdapat dua jenis pajak akan dibayar oleh investor saat berinvestasi saham, yaitu:

  • Pajak dividen yang jumlahnya sekitar 10% dari nilai dividen Anda.
  • Pajak penghasilan atas penjualan saham, sebesar 0,1% atas nilai penjualan saham Anda

Pajak-pajak tersebut sudah dipotong oleh pihak sekuritas sehingga investor tidak harus membayar pajak lagi.

  1. Laba yang Cukup Tinggi
Baca juga:  Kisaran Biaya Investasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Dalam waktu singkat, laba yang dihasilkan cukup lumayan. Begitu juga dengan hasil investasinya bisa bersaing dengan instrumen lain, dan tentu diiringi oleh risikonya juga.

  1. Dapat Diwariskan

Tidak seperti bidang pekerjaan umum, ketika menjadi investor tidak ada batasan usia atau tanpa pensiun. Sehingga Anda bisa melakukannya seumur hidup atau hingga tua.

Saham juga bisa diwariskan kepada anak cucu, karena sudah diatur dalam Undang-Udang Pasar Modal. Latar belakang investasi ini cocok jika Anda ingin mewariskan sesuatu kepada keluarga.

Modal Menjadi Alasan untuk Berinvestasi

Pandangan awam menyatakan investasi saham hanya cocok bagi orang kaya karena modalnya besar adalah salah. Hal tersebut karena modal investasi saham sebenarnya termasuk terjangkau dibandingkan investasi lain.

Apalagi modal bisa menjadi penentu kuat atau menjadi latar belakang investasi bagi seseorang. Dengan modal sekitar Rp100 ribu Anda sudah bisa berinvestasi. Selain itu tidak ada kewajiban untuk membeli banyak sekaligus, di mana Anda bisa membelinya dengan mencicil.

Pada akhirnya, ketika berinvestasi saham Anda dapat menyesuaikan dengan kemampuan karena tidak ada batas minimal jumlah yang harus diinvestasikan.

Terakhir, hal yang perlu diingat adalah Anda sebaiknya menggunakan dana dingin untuk diinvestasikan. Dana dingin yaitu uang yang tidak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dalam waktu dekat atau bisa disebut juga dengan uang menganggur.

Mengingat adanya risiko, menggunakan dana yang masih digunakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu adalah hal tidak bijak.

Usia yang Tepat untuk Menjadi Investor

Sebenarnya berinvestasi dapat dilakukan oleh siapa saja dengan kategori umur yang juga bebas. Bahkan jika memulai di usia yang lebih muda, maka untung akan semakin baik dan juga memiliki pengetahuan yang lebih baik saat berusia lebih matang.

Namun ada beberapa panduan yang bisa dilihat oleh pada calon investor dari usia tertentu, mengingat kebutuhan dan tujuan antar golongan usia juga berbeda.

  1. 20-25 Tahun

Bagi mereka yang berusia sekitar 20 hingga 25 tahun, umumnya masih berlatih mengelola keuangan dan belum banyak memiliki tanggungan. Apalagi jika masih tinggal dengan orang tua, maka biaya kehidupan lebih ringan.

Sehingga bisa berinvestasi lebih besar, misalnya 60-70% dari pendapatannya, dan dianjurkan memilih investasi jangka panjang.

  1. 26-30 Tahun

Alokasi dana berinvestasi bisa di rentang 30-50%, karena pada usia tersebut orang-orang sudah mulai memiliki perencanaan keuangan dengan berbagai pencapaian yang ingin dicapai. Apalagi jika sudah berencana menikah, membeli rumah, ataupun kendaraan.

  1. 31-50 Tahun

Bisa mengalokasikan dana sekitar 20-30%, karena meskipun penghasilan meningkat, pengeluaran umumnya juga semakin besar seperti pendidikan, asuransi, dan lainnya. Namun semuanya dikembalikan lagi pada tujuan dan kebutuhan masing-masing.

Dengan latar belakang investasi hingga informasi lainnya, Anda sudah bisa memutuskan terjun ke bidang ini atau tidak.