Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti 

Candi Borobudur Merupakan Peninggalan Dinasti dan Sejarahnya

Salah satu warisan dunia di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO adalah Candi Borobudur. Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti Syailendra di zaman pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno sekitar tahun 750 hingga 842 Masehi.

Candi ini berada di Magelang Jawa Tengah dan menjadi monumen milik Agama Buddha yang terbesar di dunia. Di dalamnya terdapat stupa yang digunakan sebagai identitas bangunan suci Agama Buddha serta relief yang memiliki berbagai makna.

Sejarah Candi Borobudur Merupakan Peninggalan Dinasti Syailendra

Seperti yang telah disinggung di atas, Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 oleh penganut Agama Buddha Mahayana di zaman Dinasti Syailendra masa pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno.

Candi ini dibangun dengan tujuan untuk memuliakan para raja Syailendra yang telah bersatu dengan dewa-dewa. Sementara proses pembangunanya melewati 5 tahap yang disebut dengan Gunadarma, yaitu:

1. Tahap Pertama pada Tahun 780 Masehi

Candri Borobudur dibangun di atas bukit, oleh karena itu tahap awal pembangunan adalah meratakan bukit serta memperluas pelatarannya. Proses pemerataan ini menggunakan tanah yang dipadatkan dan kemudian ditutup dengan batu andesit.

Batu ini ditata sedemikian rupa sehingga bentuknya menjadi seperti cangkang yang membungkus bukit. Sedangkan bagian paling atas bukit ditutup dengan batu berlapis. Pada tahap awal pembangunan, susunan batu terlihat berundak seperti piramida.

2. Tahap Kedua dan Ketiga pada Tahun 792 Masehi

Tahap kedua adalah proses penambahan undakan serta stupa. Undakan ini berbentuk persegi yang ditambahkan di bagian pagar langkan serta undakan melingkar di bagian atasnya. Undakan paling atas diletakkan stupa tunggal dengan ukuran besar.

Sementara untuk tahap ketiga adalah merubah rancangan bangunan dimana stupa tunggal dibongkar kemudian diganti dengan stupa tiga undak lingkaran. Untuk stupa yang berukuran kecil diletakkan berbaris melingkar di pelataran undak-undakan dengan stupa besar di tengahnya.

3. Tahap Keempat pada Tahun 824 Masehi

Tahap keempat juga merupakan tahap merubah rancangan bangunan dengan menambahkan pagar langkan terluar, merubah tangga, menyempurnakan relief, melebarkan ujung kaki, serta lengkungan yang berada di atas gawang pintu.

Perubahan terakhir yang terjadi pada tahap pembangunan keempat adalah pelebaran pondasi serta perubahan pada undakan melingkar.

4. Tahap Kelima pada Tahun 1811 Masehi

Candi Borobudur sempat menghilang karena terkena debu vulkanik dan terkubur di dalam tanah. Kemudian pada tahun 1811, Candi Borobudur ditemukan kembali saat Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal pulau Jawa.

Penemuan kembali Candi Borobudur bersamaan dengan banyak malapetaka yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, pihak Indonesia akhirnya meminta bantuan UNESCO agar membantu untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada Candi Borobudur.

Tingkatan Ranah Spiritual Candi Borobudur dalam Kosmologi Buddha

Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno, memiliki tingkatan spiritual sebagai berikut:

1. Kamadhatu

Pertama adalah Kamadhatu yang terdapat di bagian kaki Candi Borobudur yang merupakan bagian dunia yang dikuasai oleh nafsu rendah atau kama. Bagian ini berbahan dasar batu yang ditumpuk untuk memperkuat konstruksi candi.

Bagian ini memiliki panel cerita atau relief Karmawibhangga, tetapi kini tersembunyi. Beberapa struktur yang terdapat di bagian sudut tenggara sudah disisihkan, tetapi sebagian relief masih bisa dilihat oleh pengunjung.

5. Rupadhatu

Kedua yaitu Rupadhatu yang terdiri dari empat undak teras dengan bentuk lorong melingkar dan dindingnya terdapat relief. Bagian ini memiliki lantai yang berbentuk persegi dan terdiri dari empat lorong yang terdapat sebanyak 1.300 gambar relief.

Gambar relief ini memiliki ukuran sepanjang 2,5 Km dari 1.212 panel. Tingkatan dari Rupadhatu ini satu diatas Kamadhatu, yaitu dunia yang sudah terlepas dari nafsu, tetapi masih terikat dengan rupa dan bentuk.

Baca juga:  Apa yang Melatarbelakangi Terbentuknya Kampung Pancasila?

Tingkatan Rupadhatu melambangkan alam bawah dan atas. Bagian ini juga terdapat patung Buddha yang berada di relung dinding di atas selasar (pagar langkan). Patung Buddha yang terdapat di bagian ini berjumlah sebanyak 432 buah.

Di pagar langkan ini memiliki rancangan yang melambangkan peralihan tingkat Kamadhatu ke Rupadhatu. Tingkat pagar langkan yang paling rendah bernama Ratna, sementara tingkat atasnya yang berjumlah 4 bernama Stupika yang artinya stupa kecil.

6. Arupadhatu

Tingkatan Arupadhatu berada di tingkat ke-lima hingga ke-tujuh dengan lantai berbentuk lingkaran serta dinding yang tidak memiliki relief. Arupadhatu melambangkan dunia yang tidak memiliki rupa maupun wujud.

Artinya, tingkatan ini melambangkan alam atas, yaitu alam dimana manusia sudah terbebas dari keinginan maupun ikatan dengan bentuk maupun rupa, tetapi belum sampai ke nirwana.

Susunan Relief Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti Syailendra memiliki relief yang bermakna simbolis dengan susunan sebagai berikut:

1. Karmawibhangga

Relief ini terdapat pada candi kaki dan menghiasi dinding batur yang melambangkan hukum karma. Karmawibhangga merupakan naskah yang berisi ajaran mengenai karma, yaitu akibat yang diperoleh dari perbuatan bamaupun perbuatan buruk.

Gambar yang terdapat pada relief ini bukan serial, tetapi pada setiap pigura memiliki satu kesatuan cerita. Cerita yang digambarkan pada relief ini menunjukkan perbuatan manusia, baik itu buruk maupun baik akan mendapatkan akibatnya.

Sayangnya saat ini Karmawibhangga hanya dibuka dan bisa dilihat oleh pengunjung pada bagian tenggara saja. Sementara untuk bisa menikmati foto relief ini bisa ke Museum Karmawibhangga yang terletak di sebelah utara candi Borobudur.

7. Lalitawistara

Selanjutnya adalah Lalitawistara yang menceritakan riwayat Sang Buddha yang dimulai dari turun dari surga Tushita hingga berakhir pada wejangan pertama yang berada di dekat kota Banaras tepatnya Taman Rusa.

Relief ini terletak di sisi sebelah selatan dan berderet sebanyak 27 pigura dan pigura pertama berada di tangga sisi timur. Relief ini menceritakan kesibukan selama di surga maupun di dunia dan sebagai persiapan menyambut penjelmaan terakhir Sang Bodhisattva atau calon Buddha

Relief ini juga menceritakan kelahiran Sang Buddha sebagai Pangeran Siddhartha, yaitu putra dari Raja Suddhodana dan Permaisuri Maya yang berasal dari Negeri Kapilawastu.

8. Jataka dan Awadana

Jataka menceritakan Sang Buddha saat sebelum dilahirkan dan menjadi Pangeran Siddharta. Relief ini berisi berbagai contoh perbuatan baik. Tidak hanya itu saja, relief ini juga menjadi cerita Fabel yang melibatkan tokoh hewan dan berlaku seperti manusia.

Sementara untuk Awadana hampir sama dengan Jataka, tetapi menceritakan orang lain yang dihimpun pada kitab Diwyawadana yang berisi perbuatan mulia dewa serta kitab Awadanasataka yang berisi cerita Awadana. Kedua relief ini berada di deretan yang sama tanpa ada perbedaan.

9. Gandawyuha

Relief terakhir berada di deretan dinding lorong ke-dua, dan menceritakan perjalanan tanpa kenal lelah Sudhana demi mencari Pengetahuan Tertinggi mengenai Kebenaran Sejati.

Gandawyuha terdapat sebanyak 460 pigura berdasarkan kitab Buddha Mahayana dengan judul Gandawyuha. Sementara untuk cerita penutup didasarkan pada kitab yang berbeda, yaitu kitab Bhadracari.

 

Candi Borobudur merupakan peninggalan Dinasti Syailendra yang berada di Indonesia dan menjadi warisan dunia menurut UNESCO. Candi Borobudur ini merupakan monumen keagamaan milik Agama Buddha.